Kelas : 3EA35
NPM : 11213216
SILOGISME
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan. Silogisme merupakan suatu cara pernalaran yang formal. Namun, bentuk pernalaran ini jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari. Yang sering dijumpai hanyalah pemakaian polanya, meskipun secara tidak sadar.Contoh pola silogisme yang standar:
- Premis mayor = Semua manusia akan mati.
- Premis minor = Si A adalah manusia.
- Simpulan = Si A akan mati.
Jika A=B dan B=C maka A=C
- Silogisme Kategorial
- Silogisme Hipotesis
- Silogisme Alternatif
A. Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial merupakan
silogisme yang memiliki semua proposisinya merupakan katagorial dari proposisi
. Proposisi yang mendukung sebuah silogisme disebut dengan premis yang ada saat
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu dengan premis mayor (premis yang termnya
menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Secara khusus silogisme
kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu
rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial yang
disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian
pernyataan itu. Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari seluruh
silogime itu. Sedangkan subyek dari konklusi disebut term minor dari silogisme,
sementara term yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan
disebut term tengah.
Contoh :
Semua binatang mamalia melahirkan dan menyusui anaknya. Sapi
termasuk binatang mamalia. Jadi, Sapi binatang yang melahirkan dan menyusui
anaknya.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga dan hanya
tiga proposisi.
1. Premis
umum : Premis Mayor
2. Premis
khusus : Premis Minor
3. Premis
simpulan : Premis Kesimpulan
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial
sebagai berikut:
- Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
- Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
- Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
- Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
- Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
- Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
- Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
Premis Mayor :
Semua kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar.
Premis Minor :
Mobil merupakan kendaraan bermotor.
Kesimpulan :
Mobil membutuhkan bahan bakar.
Premis Mayor :
Tidak ada mahluk hidup yang bertahan tanpa makan.
Premis Minor : Ayam
adalah makhul hidup
Kesimpulan :
Ayam tidak bertahan tanpa makan.
Premis Mayor :
Semua mahasiswa gunadarma memiliki npm.
Premis Minor :
Findy tidak memiliki npm.
Kesimpulan :
Findy bukan mahasiswa mahasiswa gunadarma.
B. Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas
premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial .
Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
Contoh :
Jika hari ini cerah, saya akan ke rumah kakek (premis mayor)
Hari ini cerah (premis minor)
Maka saya akan kerumah kakek (kesimpulan).
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian
konsekuen.
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming
(premis mayor)
Sekarang terjadi global warming (premis minor)
Maka hutan banyak yang gundul (kesimpulan).
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari
sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal.
akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal.
4. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun, Para demonstran akan turun ke
jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
Kaidah silogisme hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah
menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan
yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,
jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
1) Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka
B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka
A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi (benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah =
salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
C. Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga
adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme
ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau
pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang
menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini
tergantung dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu
alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu
alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
Premis Mayor : Nenek susi berada di Bandung atau wonoosobo.
Premis Mayor : Nenek susi berada di Bandung atau wonoosobo.
Premis Minor : Nenek Susi berada
di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Susi
tidak berada di wonosobo.
Premis Mayor : Nenek Susi berada
di Bandung atau wonosobo.
Premis Minor : Nenek Susi tidak
berada di wonosobo.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Susi
berada di Bandung.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju
putih.
Hasan berbaju putih atau
tidak putih.
Ternyata ia tiak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2.Silogisme alternatif dalam
arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar),
seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
Budi menjadi guru atau
pelaut.
Ia adalah pelaut.
Jadi bukan guru.
b. Bila premis minor
mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Sumber :
http://www.belajarbahasaindonesia.com/silogisme/
Arifin, E Zaenal dan Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sumber :
http://www.belajarbahasaindonesia.com/silogisme/
Arifin, E Zaenal dan Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar