- Pengertian Penalaran
- Penalaran Deduktif
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
- Penalaran Induktif
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
4. Menulis sebagai proses penalaran
Menulis merupakan suatu pengungkapan pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide yang dituangkan oleh si penulis dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan atau pun imajinasi dari si penulis.
Menulis merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan baik itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari topiknya terlebih dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus berfikir, maka pada saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah melakukan proses penalaran. maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai menulis merupakan prosae bernalar.
Setiap hari kita selalu menggunakan otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan menit kita menggunakan otak kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka dalam benak kita akan akan timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang hadirnya tidak secara nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan.
5. Fakta sebagai unsur dasar penalaran karangan
Agar dapat menalar dengan tepat, perlu
kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak
terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar
dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang
merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta
juga merupakan pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan
bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan
secara sistematis dengan beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka
fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak
akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat
melahirkan sebuah teori baru.
Untuk memahami hubungan antara
fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara
sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan
baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta
tersebut dengan melakukan penelitian.
Selain itu, kita dapat
menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah
anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun
pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi.
1. Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah
fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan
logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat
diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan
spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih
lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani
adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani
adalah individu dan bersifat unik.
Perlu diingat bahwa klasifikasi atau
penggolongan (pengelompokkan) berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih
bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Tetapi
klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri atau kriteria yang ada dari
fakta-fakta yang diteliti.
2. Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·
Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang
berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi
dikotomis (dichotomous classification dichotomy).
·
Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan.
Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak
dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri.
3. Persyaratan
Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan:
·
Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk
membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta
atau benda (gejala) yang diklasifikasikan.
·
Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu
harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
·
Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar
pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok
tanpa kecuali.
·
Selain itu dalam aspek fakta agar dapat membuat kesimpulan yang sah tentang
sifat golongan tertentu yang berdasarkan satu atau beberapa yang diamati,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai klasifikasi – yang sudah
dijelaskan sebelumnya –, generalisasi dan spesifikasi, analogi, dan hubungan
sebab-akibat.
a. Generalisasi dan
Spesifikasi, Dari sejumlah fakta atau gejala yang diamati ditarik kesimpulan
umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan
kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut generalisasi. Jadi,
generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri
esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan,
generalisasi perlu dibuktikan dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri
khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.
Ungkapan yang biasa
digunakan dalam generalisasi adalah: biasanya, pada umumnya, sebagian besar,
semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang digunakan dalam
penunjang generalisasi adalah: misalnya, sebagai contoh, untuk menjelaskan hal
itu, sebagai bukti, dan sebagainya.
Fakta-fakta penunjang
harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf dalam
tulisan yang mencamtumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis.
Dan generalisasi mungkin mengemukakan fakta (disebut generalisasi faktual) atau
pendapat (opini).
b. Analogi, persamaan
antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain atau
membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang terdapat
di antara keduanya.
Analogi terdiri dari
dua macam, pertama analogi penjelas (deklaratif) yaitu perbandingan untuk menjelaskan
sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah dikenal,
tetapi hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru, kedua
analogi induktif yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan
(referensi) tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu
gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Jadi, dalam analogi induktif yang perlu diperhatikan adalah persamaan yang
dipakai merupakan ciri-ciri esensial penting yang berhubungan erat dengan
kesimpulan yang dikemukakan.
c. Hubungan Sebab Akibat,
hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab-akibat,
akibat-sebab, dan akibat-akibat.
o
Penalaran sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui.
o
Penalaran akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui.
o
Penalaran akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat
tersebut dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang
menimbulkan kedua akibat itu.6. Isi karangan
Mengarang
berarti menyusun atau merangkai, pada awalnya kata merangkai
tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Operasional atau cakupan makna kata
merangkai mula-mula terbatas pada pkerjaan yang berhubungan dengan benda
konkret seperti merangkai bunga atau merangkai atau merangkai benda orang lain.
Sejalan dengan kemajuan komukasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah
merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat, kemudian jadilah apa
yang disebut sebagai karangan. Orang yang merangkai atau menyusun kata,
kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai. Tetapi penyusun atau pengarang
untuk membedakannya dengan perangkai bunga. Belakangan muncul sebutan penulis
karena karangan tertulis juga disebut tulisan.
Sebenarnya,
mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi,
kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa
sebagai mediumnya dapat berlansung secara lisan. Seseorang yang
berbicara misalnya, dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta merta
(improntu) otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara.
Penulis
berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, atau
paragraph dalam rangka menjabarkan atau mengulas topic dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, disini
dikutipkan pendapat Widyanmartaya dan Sudiati (1911:77). Menurut keduanya ,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami”.
Jadi
karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang
suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya
merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari paragraph. Selain itu,
karangan juga mempunyai arti lain yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan
diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam
bentuk tulisan yang teratur.
Penyusunan
karangan sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan
Topik berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘tempat’.
Dalam perkembangan selanjutnya, topik diartikan sebagai ‘pokok pembicaraan’
suatu karangan. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan beserta
tema karangannya.
Dalam kehidupan
sehari-hari, topik sering dikacaukan pemakaiannya dengan istilah tema. Menurut asal katanya, Tema merupakan kata
Yunani tithenai, yang berarti menempatkan. Dar segi proses penulisan
karangan, tema dan topik memiliki rumusan yang berlainan walaupun nantinya apa
yang dirumuskan keduanya memiliki hakikat yang sama. Apabila topik bermakna
pokok karangan, maka tema diartikan sebagai suatu perumusan dari topik yang
dijadikan landasan penyusunan karangan. Berdasarkan pengertian tersebut,
jelaslah bahwa topik lebih singkat dan lebih abstrak daripada tema. Topik
dirumuskan lebih dahulu dari tema.
Untuk
merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut.
a.
Menarik perhatian penulis
Topik
yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha untuk secara
serius mencari data yang penting dan relevan dengan masalah yang ia karang.
Penulis akar؛ terdorong terus-menerus agar karangannya
itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya Sebaliknya, suatu topik yang sama
sekali tidak disenangi, dapat menimbulkan kesalahan apabila terdapat
hambatan-hambatan. Penulis tidak akan berusaha menemukan data dan fakta dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang ia hadapi.
b.
Dikuasai penulis
Topik
yang digarap harus pula dikuasai penulis. Sekurang-kurangnya ia mengetahui hai-
hal mendasar dari persoalan yang hendak dikarangnya. Idealnya, topik itu
merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis daripada pembacanya.
c.
Menarik dan aktual
Suatu
karangan disusun tidak lain untuk dibaca oleh orang lain, oeh karena itu, minat
pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis. Walaupun yang
menarik minat itu amat bergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu
sendiri, namun hal- hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat
secara umum: yang aktual, penting, penuh
konflik, rahasia, humor. atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
d.
Ruang lingkupnya terbatas
Apabila
topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada akhimya karangan itu
tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup topik, memungkinkan
penulis untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan
topik dapat memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti
masalah yang akan ditulisnya secara intensif.
2.
Merumuskan Judul Karangan
Erat
kaitannya dengan topik atau tema serta tujuan karangan, adalah judul. Apabila
topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan nama yang
diberikan untuk bahasan atau karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan
promosi untuk menarik -ninat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Sering
kali judul dirumuskan lebih dulu sebelum karangan dibuat. Namun
demikian, judul dapat pula dirumuskan setelah karangan itu selesai.
Judul yang baik
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a.
Relevan, ada hubungannya
dengan isi karangan.
b.
Provokatif dapat
menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.
c.
Singkat, mudah dipahami
dan enteng diingat.
3. Menyusun
Kerangka Karangan
Kerangka
karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan. Manfaat
kerangka karangan:
a.
Memudahkan penyusunan karangan
sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur.
b.
Memudahkan penempatan antara bagian
karangan yang penting dengan yang tidak penting;
c.
Menghindari timbulnya pengulangan
pembahasan;
d.
Membantu pengumpulan data dan
sumber-sumber yang diperlukan.
Berdasarkan
bentuknya, kerangka karangan dapat dibedakan ke dalam bentuk kerangka kalimat
dan kerangka topik.
a.
Kerangka kalimat
Kerangka
kalimat merupakan suatu bentuk kerangka karangan yang berupa pernyataan-
pernyataan lengkap, yang perumusannya berupa kalimat berita atau kalimat tanya.
b.
Kerangka
topik
Kerangka topik dinyatakan dalam kata
atau frase. Dari segi kejelasannya, kerangka topiL tidak sejelas kerangka
kalimat. Namun demikian, kerangka topik sifatnya lebih longgar daa tidak kaku.
Penyusunannya pun lebih mudah.
Langkah-langkah
penyusunan kerangka karangan adalah sebagai berikut.
4.
Mengumpulkan
Bahan/Data
Untuk
memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis harus mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang
berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan membaca bahan acuan tertentu mengadakan wawancara, atau
pengamatan lapangan. Kita dapat langsung mengamati objek yang akan kita karang
dan dapat pula kita mengadakan percobaan. Kedua cara tersebut penting dilakukan
agar data yang kita peroleh lebih mantap dan tidak meragukan.
Semua
bahan yang kita peroleh, kita catat supaya tidak mudah dilupakan. Catatan harus
rapi dan teratur sehingga mudah dalam pemanfaatannya.
Tiap-tiap
data yang kita peroleh kita catat di atas kartu atau lembaran kertas yang lepas
Kartu atau kertas lepas sangat mudah kita susun menurut keperluan kita dan
mudah puli menyisihkannyajika sebuah catatan ternyata tidak kita perlukan lagi.
Buku tulis dapat juga kiti pakai, tetapi tidak praktis, sebab halamannya
terikat dan tidak mudah disusun.
5.
Mengembangkan
Kerangka Karangan
Langkah
berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan yang lengkap dan utuh.
Seperti
yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan
dalam pengembangan karangan, di antaranya adalah dengan pola pengembangan
urutan pemecahan masalah. Bila pola ini yang dipilih, maka penyusunan karangan
dimulai dari penyajiar. masalah tertentu. Kemudian, pembahasannya bergerak menuju
anal isis dan kesimpulan- kesimpulan. Dengan demikian, karangan berpola urutan
pemecahan masalah dibentuk oleh tiga bagian utama, yaitu:
a.
Deskripsi mengenai suatu masalah
yang akan dibahas,
b.
Analisi terhadap sebab-sebab atau
akibat-akibat dari masalah itu, dan
c.
Alternatif atau kesimpulan sebagai
pemecahan masalah.
6.
Cara Pengakhiran
dan Pcnyimpulan
Baik itu pengakhiran
maupun penyimpulan, sama-sama terletak pada bagian penutup suatu karangn. Dengan demikian, dari segi letak, keduanya memiliki persamaan.
Bedanya dalam hal fungsi dan cara
perumusannya. Pengakhiran merupakan bagian bacaan yang fungsinya menandakan bahwa bacaan
itu selesai atau sudah berakhir. Bagian pengakhiran masih merupakan fungsinya sebagai penutup dari suatu perincian. Hubungan bagian
pengakhiran
bagian sebelumnya terbentuk dalam
pola umum-khusus.
Hal ini berbeda dengan penyimpulan . Adalah betul bahwa bagian
penyimpulan pun umumnya terletak pada bagian akhir suatu karangan. Hanya saja,
kesimpulan berfungsi pula sebagai pemaknaan kembali atas uraian-uraian
sebelumnya. Hubungan antara bagian kesimpulan dengan bagian sebelumnya bersifat
khusus-umum. Bagian tersebut merupakan sebuah generalisasi atas rurnum dari uraian sebelumnya.
Contoh:
Kalau kamu
adalah salah seorang pengurus OSIS atau organisasi lainnya,
sebaiknya kamu
memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan komunikasi di depan tak perduli
sebatas apa kemampuanmu dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu berbicara terpatah-patah dan sedikit deg-degan, itu hal
biasa. Lama-kelamaan kamu akan terbiasa dengan latihan semacam itu. Apalagi
kalau kamu diundang
seminar, acara diskusi, atau rapal lainnya, berbahagialah kamu dan kamu
manfaatkan kesempatan itu
untuk mengasah lidahmu agar terbiasa dan dan lancar untuk mengeluarkan mengeluarkan pendapat
pada orang lain.
Paragraf di atas
fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian atas bacaan yang berjudul “Remajad an Aprehensi Komunikasi” sudah berakhir. Dalam paragraf tersebut tidak ditemukan rumusan kesimpulan.
7.
Menyempurnakan Karangan
Menyusun
karangan, baik itu karangan ilmiah, populer, maupun karangan sastra, yang sekali jadi memang cukup sulit. Kecuali bagi yang sudah betul-betul ahli,
sangat jarang orang yang bisa menyusun
karangan yang langsung sempurna. Ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki, baik itu dengan sistematika penulisan, kelogisan
ide, istilah yang digunakan atau pun
ejaannya. Karena itu, pembahasan dan peninjauan ulang atas karangan yang telah dibuat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan.
8.
Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
Berdasarkan
bobot isinya. karangan dapat dibagi atas tiga jenis. yaitu (1) karangan ilmiah,
(2) karangan semi-ilmiah atau ilmiah populer. dan (3) karangan non-ilmiah. Yang
tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain adalah laporan, makalah,
skripsi, tesis, dan disertasi. Sementara itu, yang tergolong ke dalam karangan
semi- ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini. feature, tips,
dan reportase. Selanjutnya, yang tergolong ke dalam karangan non-ilmiah
antara lain adalah anekdot, hikayat, cerpen, novel, roman, puisi. dar. naskah
drama.
Ketiga jenis karangan tersebut tadi memiliki
karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah
persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan non-ilmiah. yaitu
karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi. Sementara itu, karangan
semi-ilmiah berada di antara keduanya.
Yang akan dibahas dalam buku ini hanya dua jenis karangan
pertama saja, yaitu karangan ilmiah dan semi-ilmiah/populer karena kedua jenis
karangan inilah yang banyak diperlukan oleh mahasiswa.
Antara
karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan yang
mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur,
dan kodifikasi karangan. Jika pada Karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus
di bidang ilmu tertentu pada karangan ilmiah
populer bahasa yang terlalu teknis tersebut
kadang-kadang dihindari dan sebagai gantinya digunakan istilah
umum.
9.
Sistematika Karangan
Secara umum
bagian-bagian karangan itu sama, yaitu adanva gian awai, bagian inti, dan
bagian penutup. Akan tetapi, dalam materi
perkuliahan ini hanya ditampilkan bagian-bagian makalah miah. Fokus kajian
adalah pengembangan isi bagian-bagian atau isi stematika makalah, khususnya
bagian inti.
sumber :
http://khaidirsyafruddin.blogspot.co.id/2013/02/penulisan-karangan.html
https://rismarhaesa15.wordpress.com/2015/03/28/pengertian-penalaran-deduktif-dan-induktif-beserta-contoh-dan-ciri-cirinya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar